Halaman

Selasa, 03 Januari 2012

11: TIADA KESEMPURNAAN TANPA IKHLAS

TANAMKAN WUJUD KAMU DALAM BUMI YANG TERSEMBUNYI KARENA YANG TUMBUH DARI SESUATU YANG TIDAK DITANAM ITU TIDAK SEMPURNA HASILNYA.

Hikmah yang lalu mengarahkan pandangan kita kepada ikhlas. Ikhlas menjadi kekuatan yang menujuu syirik Jalan syirik adalah kepentingan diri sendiri. Oleh itu diri sendiri harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya syirik. Kapan kepentingan diri sendiri bisa ditundukkan barulah muncul keikhlasan.
 
Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mau melihat dan memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)? (Ayat 21: Surah Adz-Dzaariyaat)Hikmah 11 mengajak kita menyelami persoalan yang lebih halus yaitu hakikat diri kita sendiri atau keberadaan kita. Kita dijadikan dari tanah, maka kembalikan ia (jasad) ke tanah, yaitu ia (jasad) harus dilayani sebagai tanah agar tidak mengenakan tipu dayanya. Bila kita sudah dapat membatasi pengaruh jasad maka kita hadapi pula roh kita. Roh datang dari Allah, karena roh adalah urusan Allah, maka kembalikan ia kepada Allah Bila seseorang hamba itu sudah tidak terikat lagi dengan jasad dan ruh maka jadilah dia bekas yang sesuai untuk diisi dengan AllahPada awal perjalanan, seseorang pengembara spiritual membawa bersama-samanya sifat-sifat basyariah serta kesadaran terhadap dirinya dan alam nyata. Dia dikontrol oleh kehendak, pemikiran, cita-cita, angan-angan dan lain-lain. Anasir-anasir alam seperti mineral, tumbuh-tumbuhan dan hewan juga mempengaruhinya. Latihan spiritual menghancurkan sifat-sifat yang keji dan memutuskan rantai pengaruh anasir-anasir alam.
 
Jika diperhatikan Kalam-kalam Hikmah yang lalu dapat dilihat bahwa hijab nafsu dan akal yang membungkus hati sehingga kebenaran tidak terlihat. Akal yang ditutupi oleh kegelapan nafsu, yaitu akal yang tidak menerima pancaran nur, tunduk kepada perintah nafsu. Nafsu tidak pernah kenyang dan akal senantiasa ada jawaban dan alasan. Argumen akal menjadi benteng yang kokoh buat nafsu bersembunyi. Jangan memandang enteng kepada kekuatan nafsu dalam menguasai akal dan pancaindera. Al-Quran telah memberi peringatan tentang:
 
@ Nampakkah (Muhammad) keburukan kondisi orang yang menjadikan hawa nafsunya: tuhan yang dipuja lagi ditaati? Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memahami (apa yang engkau sampaikan kepada mereka)? Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan (bawaan) mereka lebih sesat lagi. (Ayat 43 & 44: Surah al-Furqaan)
 
Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan pangkatnya dengan (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu. Tetapi ia mati-mati cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, maka perumpamaannya seperti anjing, jika engkau menujuunya: ia mengulurkan lidahnya terengah-engah, dan jika kamu membiarkannya ia juga mengulurkan lidahnya terengah-engah. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlan kisah-kisah itu agar mereka mau berpikir. (Ayat 176: Surah al-A'raaf)Manusia yang menerima ayat-ayat Allah yang seharusnya menjadi mulia telah berubah menjadi hina karena mereka memperturutkan hawa nafsu. Ayat-ayat Allah yang diketahuinya memancarkan cahaya pada hati dan akalnya tetapi kegelapan nafsu membungkus cahaya itu. Di dalam kegelapan nafsu, akal mengadakan argumen untuk mendustakan ayat-ayat Allah yang dia sendiri mengetahuinya. Allah mengadakan perbandingan yang hina untuk orang yang seperti ini. Mereka adalah umpama anjing yang tidak bisa berpikir dan tidak bermartabat. Buruk sekali pandangan Allah terhadap orang yang mempertuhankan nafsunya. Nafsu yang tidak mau kenyang adalah umpama anjing yang senantiasa menjulurkan lidahnya, tidak memperdulikan meskipun diusir berkali-kali.
 
Allah SWT mewahyukan ayat-ayat yang menceritakan tentang kehinaan manusia yang menerima ayat-ayat-Nya tetapi masih juga memperturutkan hawa nafsu, agar cerita yang demikian bisa memberi kesadaran kepada mereka. Jika mereka kembali sadar, mereka akan keluar dari kegelapan nafsu. Berdasarkan ayat-ayat Allah yang sudah mereka ketahui mereka akan temui jalan yang benar.
 
Ayat-ayat yang diturunkan Allah memberi pengartian kepada Rasulullah saw bahwa cendikiawan Arab yang menentang beliau melakukannya bukan karena tidak dapat melihat kebenaran yang beliau bawa, tetapi mereka dikuasai oleh hawa nafsu. Cahaya kebenaran yang menyala dilubuk hati ditutupi oleh kegelapan nafsu. Orang yang telah menerima cahaya kebenaran tetapi mendustakannya itulah yang diberi perumpamaan yang hina oleh Allah
 
Menurut cerita dari Ibnu Abbas, pada zaman Musa ada seorang alim bernama Bal'am bin Ba'ura. Allah telah mengaruniakan kepada Bal'am rahasia khasiat-khasiat nama-nama Allah Yang Maha Besar. Musa dan Bani Israel, setelah selamat dari Fir'aun, sampai hampir dengan negeri tempat tinggal Bal'am. Raja negeri tersebut ketakutan, takut kalau-kalau negerinya diserang oleh kaum yang telah berhasil mengalahkan Firaun. Setelah bermusyawarah dengan penasehat-penasehatnya Raja tersebut memutuskan untuk meminta pertolongan Bal'am agar Bal'am menggunakan ilmunya untuk mengalahkan Musa Bal'am yang pada mulainya enggan melakukannya tetapi akhirnya setuju juga setelah istri kecintaannya menerima suap dari Raja. Bal'am dengan kekuatan ilmunya dan kemujaraban doanya telah memberlakukan sanksi kepada Musa Menurut cerita, doa dan perbuatan Bal'am dikabulkan Allah dan ia menjadi sebab kaum Musa terperangkap di Lapangan Teh beberapa tahun lamanya. Bila Musa mendoakan agar kaumnya dilepaskan dari pembatasan tersebut, Allah memakbulkan doa tersebut dan pada waktu yang sama laknat seluruh kepada Bal'am.
 
Sebagian orang menganggap cerita di atas sebagai cerita Israiliat. Rasulullah saw menentukan dasar bahwa cerita ahlul kitab tidak diizinkan dan tidak didustakan. Cerita tersebut dibawa sekedar menunjukkan seberapa kekuatan nafsu menutup pandangan hati sehingga Bal'am sanggup Musa as meskipun dia mengetahui kebenarannya, sebagaimana cendikiawan Arab menentang Rasulullah saw sekalipun hati kecil mereka menerima kebenaran beliauMenundukkan nafsu bukanlah pekerjaan yang mudah. Seseorang itu harus kembali kepada hatinya, bukan akalnya. Hati tidak akan berbohong dengan diri sendiri sekalipun akal menutupi kebenaran atas perintah nafsu. Kekuatan hati adalah ikhlas. Maksud ikhlas yang sebenarnya adalah:
 
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan menkehendakkan semesta alam". (Ayat 162: Surah al-An'aam)Dalam ikhlas tidak ada kepentingan diri. Semuanya karena Allah s.w.t. Selagi kepentingan diri tidak ditanam dalam bumi selama itu ikhlas tidak tumbuh dengan baik. Ia menjadi sempurna saat ada diri itu sendiri dibudidayakan. Bumi tempat menanamnya adalah bumi yang tersembunyi, jauh dari perhatian manusia lain. Ia adalah umpama kubur yang tidak ditandai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar